Sebahagian daripada
siri berkaitan
IslamAllah •
Kitab •
Malaikat •
NabiHari Akhirat •
Qada dan QadarSyahadah •
Solat •
PuasaZakat •
HajiMakkah •
MadinahBaitulmuqaddisAidilfitri •
AidiladhaHukumAl-Quran •
Sunnah •
HadisSejarahGaris Masa Sejarah IslamKhulafa al-RasyidinKhalifah •
KhilafahTokoh IslamMuhammadAhlul Bait •
Sahabat Nabi MazhabAhli Sunah WaljamaahHanafi •
SyafieMaliki •
HanbaliBudaya Dan MasyarakatAkademik •
Haiwan •
SeniTakwim •
Kanak-kanakDemografi •
PerayaanMasjid •
Dakwah •
Falsafah Sains •
Wanita •
PolitikLihat jugaKritikan •
IslamofobiaGlosariMajlis Ulama Indonesia adalah wadah atau majlis yang menghimpun para
ulama, zuama dan cendekiawan muslim
Indonesia untuk menyatukan gerak dan langkah-langkah umat
Islam Indonesia dalam mewujudkan cita-cita bersama. Majlis Ulama Indonesia berdiri pada tanggal, 7
Rajab 1395
Hijriah, bertepatan dengan tanggal 26 Julai 1975 di
Jakarta, sebagai hasil dari pertemuan atau musyawarah para ulama, cendekiawan dan zu’ama yang datang dari pelbagai penjuru tanah air.Antara lain meliputi dua puluh enam orang ulama yang mewakili 26 Provinsi di Indonesia pada masa itu, 10 orang ulama yang merupakan unsur dari organisasi Islam tingkat pusat, iaitu,
NU,
Muhammadiyah,
Syarikat Islam,
Perti,
Al Washliyah,
Math’laul Anwar,
GUPPI,
PTDI,
DMI dan
Al Ittihadiyyah, 4 orang ulama dari Dinas Rohani Islam, TNI Angkatan Darat, TNI Angkatan Udara, TNI Angkatan Laut dan
POLRI serta 13 orang tokoh/cendekiawan yang merupakan tokoh perorangan.Dari musyawarah tersebut, dihasilkan adalah sebuah kesepakatan untuk membentuk wadah tempat bermusyawarahnya para ulama, zuama dan cendekiawan
muslim, yang tertuang dalam sebuah
PIAGAM BERDIRINYA MUI yang ditandatangani oleh seluruh peserta musyawarah yang kemudian disebut Musyawarah Nasional Ulama I.
Momentum berdirinya MUI bertepatan ketika bangsa Indonesia tengah berada pada fase kebangkitan kembali, setelah 30 tahun merdeka, di mana energi bangsa telah banyak terserap dalam perjuangan politik kelompok dan kurang perduli terhadap masalah kesejahteraan rohani umat.Ulama Indonesia menyadari sepenuhnya bahawa mereka adalah pewaris tugas-tugas para
Nabi (Warasatul Anbiya). Maka mereka terpanggil untuk berperan aktif dalam membangun masyarakat melalui wadah MUI, seperti yang pernah dilakukan oleh para ulama pada zaman penajajahan dan perjuangan kemerdekaan. Di sisi lain, umat Islam Indonesia menghadapi tantangan global yang sangat berat. Kemajuan sains dan teknologi yang dapat menggoyahkan batas etika dan moral, serta budaya global yang didominasi Barat, serta pendewaan kebendaan dan pendewaan hawa nafsu yang dapat melunturkan aspek relijius masyarakat serta meremehkan peran agama dalam kehidupan umat manusia.Selain itu kemajuan dan keragaman umat
Islam Indonesia dalam alam pikiran keagamaan, organisasi sosial dan kecenderungan aliran dan aspirasi politik, sering mendatangkan kelemahan dan bahkan dapat menjadi sumber pertentangan di kalangan umat Islam sendiri.Akibatnya umat Islam dapat terjebak dalam egoisme kelompok (ananiyah hizbiyah) yang berlebihan. Oleh karena itu dengan hadirnya MUI, makin dirasakan kebutuhannya sebagai sebuah organisasi kepemimpinan umat Islam yang bersifat kolektif dalam rangka mewujudkan silaturahmi, demi terciptanya persatuan dan kesatuan serta kebersamaan umat Islam.Dalam perjalanannya, selama dua puluh lima tahun Majlis Ulama Indonesia sebagai wadah musyawarah para ulama, zu’ama dan cendekiawan muslim, berusaha untuk memberikan bimbingan dan tuntunan kepada umat Islam dalam mewujudkan kehidupan beragama dan bermasyarakat yang diridhai
Allah Subhanahu wa Ta’ala; memberikan nasihat dan fatwa mengenai masalah keagamaan dan kemasyarakatan kepada Pemerintah dan masyarakat, meningkatkan kegiatan bagi terwujudnya Ukhwah Islamiyah dan kerukunan antar-umat beragama dalam menegakkan persatuan dan kesatuan bangsa serta; menjadi penghubung antara ulama dan umaro (pemerintah) dan penterjemah timbal balik antara umat dan pemerintah guna mensukseskan pembangunan nasional; meningkatkan hubungan serta kerjasama antar organisasi, lembaga Islam dan cendekiawan muslimi dalam memberikan bimbingan dan tuntunan kepada masyarakat khususnya umat Islam dengan mengadakan konsultasi dan informasi secara timbal balik.Dalam khittah pengabdian Majlis Ulama Indonesia telah dirumuskan lima fungsi dan peran utama MUI yaitu:Sampai masa ini, Majlis Ulama Indonesia mengalami beberapa kali
kongres atau musyawarah
nasional, dan mengalami beberapa kali pergantian Ketua Umum. Dimulai dengan Prof. Dr.
Hamka, KH.
Syukri Ghozali, KH.
Hasan Basri, Prof. KH.
Ali Yafie dan kini KH. M.
Sahal Maffudh. Ketua Umum MUI yang pertama, kedua dan ketiga telah meninggal dunia dan mengakhiri tugas-tugasnya. Sedangkan dua yang terakhir masih terus berkhidmat untuk memimpin majlis para ulama ini.