Bedengung
Bedengung

Bedengung

Bedengung merupakan sebuah desa yang terletak dalam (daerah) kecamatan Payung, Kabupaten Bangka Selatan, Provinsi Bangka Belitung, Indonesia.Pada mulanya Desa Bedengung hanya hutan belantara yang sangat rimbun, belum banyak penduduk yang menetap di daerah tersebut. Masyarakat yang membangun rumah secara permanen untuk tempat tinggal di desa Bedengung sangat sedikit. Kebanyakan masyarakat Desa Bedengung hidup berkelompok di ladang-ladang yang mereka buat di tengah hutan rimba. Satu kelompok petani Desa Bedengung akan membuat ladang secara berkelompok dan berdekatan antara satu dengan yang lainnya kemudian membangun rumah panggung atau pondok untuk tempat tinggal mereka secara bedekatan. Bahan bangunan rumah mereka berasal dari pohon yang ada di hutan, dindingnya dari kulit kayu dan atapnya dari daun-daunan. Masyarakat desa Bedengung selain memiliki tempat tinggal di kampung mereka juga memiliki tempat tinggal di kebun atau di ladang mereka. Tetapi mereka lebih banya tinggal di kebun dibandingkan dengan tinggal di kampung. Mereka hanya pulang ke kampung sebanyak seminggu sekali saja yaitu hanya pada hari Jum’at saja, selebihnya mereka lebih banyak tinggal dan bekerja di kebun atau ladang yang mereka miliki. Bahkan ada masyarakat desa Bedengung yang hanya pulang ke kampung sebanyak satu kali saja dalam satu tahun. Saat Indonesia masih dijajah Belanda, Desa Bedengung sempat menjadi tempat tinggal orang Medan Deli yang melarikan diri dari pasukan Belanda. Kejadian ini terjadi sekitar tahun 1902. Tidak ada yang mengetahui mengenai identitas orang Medan Deli tersebut, masyarakat hanya tahu dia berasal dari Medan Deli. Orang Medan Deli ini membangun tempat tinggal sebelah timur Sungai Desa Bedengung, karena kejadian ini daerah Desa Bedengung di bagian sebelah Timur sungai sempat dinamakan dengan nama Kampung Medan. Pada masa itu petani Desa Bedengung menanam Padi, singkong, tebu, aneka sayuran untuk kebutuhan hidup sehari-hari. Selain itu mereka juga beternak ayam kampung. Biasanya kandang ayamnya dibuat di bawah pondoknya. Pada pagi ayam yang mereka pelihar dilepas liarkan dan sore harinya baru masuk kandang lagi, jadi ayam-ayam tersebut hanya berada di dalam kandang pada malam hari. Kegiatan lain yang mereka lakukan berburu aneka hewan untuk konsumsi dan menangkap ikan dan udang. Hewan yang mereka buru antara lain rusa, kijang, napo, kancil, memunang. Mereka berburu dengan membuat berbagai macam perangkap yang mereka buat sendiri secara tradisional, berupa jaring, lapon, bubu, pulut.Asal Usul Nama Desa Bedengung Tidak dapat diketahui secara pasti sejak kapan nama Bedengung disematkan ke desa ini. Secara administrasi atau untuk hal yang bersifat resmi desa ini disebut desa Bedengung, tetapi masyarakat kebanyakan mengenal dan menyebutnya desa atau kampung Bedengong. Untuk percakapan sehari-hari yang menggunakan bahasa daerah masyarakat menyebut desa ini dengan nama Bedengong, sedangkan untuk percakapan yang menggunakan bahasa Indonesia atau untuk hal-hal yang bersifat resmi nama yang digunakan adalah Bedengung. Saat Indonesia masih dijajah Belanda pada peta yang dibuat Belanda, desa ini sudah tercantum dan dapat diketahui keberadaannya di peta tersebut. Pada peta tersebut nama yang tertulis untuk nama desa ini adalah Bedengoeng. Hal ini dapat dilihat di peta Belanda buatan Belanda saat masih menjajah Indonesa. Belum banyak desa-desa yang tertulis di peta tersebut, karena memang pada saat itu belum banyak desa seperti halnya sekarang ini. Dengan demikian dapat dipastikan desa ini sudah ada sebelum Indonesia merdeka dan sudah bernama Bedengung atau Bedengoeng dalam ejaan lama. Mengenai alasan mengapa nama Desa ini diberi nama Bedengung atau Bedengong? Menurut beberapa sesepuh desa Bedengung, yaitu Abok Adullah Bin Ripin, Abdul Manaf bin Amin, dan Abok Resat, ketika desa ini belum memiliki nama, ada suatu permukaan tanah yang dekat dengan pemukiman masyarakat yang apa bila dilewati dan diinjak-injak atau bila ada orang yang menghentakkan kakinya di atas permukaan tanah tersebut akan mengeluarkan suara “deng deng deng” atau “ngung ngung ngung”. Abok Dul menyebutkan dulu tanah tersebut ada yang menjaganya, dan dikenal sebagai Abok Bedengung sesuai dengan bunyi tanah yang dijaganya. Hal tersebut menjadi semacam identitas yang menjadi ciri khusus daerah tersebut, yaitu daerah yang ada tanah bedengung maka dikenallah desa tersebut dengan nama Bedengung sampai sekarang. Tidak ada yang mengetahui secara pasti apa yang menyebabkan permukaan tanah tersebut bisa mengeluarkan suara seperti itu. Ada yang menduga hal itu terjadi karena adanya semacam rongga udara di bawah permukaan tanahnya, sehingga menyebabkan adanya suara apa bila diinjak atau ketika ada yang menghentakakan kakinya. Karena suaranya unik tersebut anak-anak sangat senang bermain bermain di lokasi tanah tersebut. Mereka berlari-lari sambil menghentakkan kaki mereka di atas permukaan tanah tersebut supaya bisa mendengar suara tanahnya yang menurut mereka terdengar menyenangkan. Tanah tersebut dulu merupakan jalan masyarakat pergi ke kebun, ketika jalan tersebut dibuat kebun mulailah suaranya secara bertahap menghilang. Pak H. Husin Yamani selaku pemilik lahan lokasi dimana tanah Bedengung tersebut berada mengatakan bahwa tanah tersebut masih bersuara bedengung dengan jelas hingga tahun 1988, setelah itu secara berlahan tanah tersebut sedikit demi sedikit mulai hilang suara bedengungnya, sekarang pada tahun 2017 bisa dikatakan suara bedengungnya sudah hilang walau pun memiliki perbedaan suara dengan permukaan tanah yang lain. Tapi perbedaan suara tanah tersebut sudah tidak kentara lagi sebagaimana yang terdengar sebelum tahun 1988.Riwayat Kepemimpinan Desa Bedengung Para pemimpin Desa Bedengung yang dapat diketahui sekarang ini karena terdokumentasi dengan baik dimulai yaitu dimulai dari tahun 1933, sekitar 12 tahun sebelum Indonesia merdeka pada tahun 1945. Sebelum tahun 1933 tidak diketahui siapa saja yang memimpin Desa Bedengung, karena tidak ada dokumen yang ditemukan yang berisi keterangan khusus tentang siapa saja yang telah menjadi pemimpin masyarakat Desa Bedengung. Pada tahun 1933 ketika Indonesia masih dalam Masa penjajahan, Desa Bedengung dipimpin oleh Bujang Sayim dengan nama jabatan pemimpin desa saat itu yaitu Gegading. Bujang Sayim menjadi Gegading Desa Bedengung mulai dari tahun 1933 sampai tahun 1945 pada tahun kemerdekaan Indonesia, Bujang Sayim menjadi Gegading Desa Bedengung selama Kurang lebih 12 tahun. Setelah Bujang Sayim tidak lagi menjadi Gegading pada tahun 1945, pemakaian Gegading sebagai nama jabatan pemimpin Desa Bedengung juga berakhir berganti nama menjadi Lurah. Lurah Desa Bedengung pada tahun 1946 H. Ahmad yang memimpin Desa Bedengung kurang lebih selama 9 tahun dengan akhir masa jabatan pada tahun 1955. Pemakaian Lurah sebagai nama untuk jabatan pemimpin desa digunakan sampai tahun 1972, setelah itu pada tahun 1973 digunakanlah Kepala Desa untuk nama jabatan pemimpin desa sampai pada tahun 2017. Keterangan lebih lengkap tentang pejabat pemimpin Desa Bedengung dapat diliahat pada tabel berikut ini:No.NamaNama JabatanMasa BaktiLama Menjabat1Bujang SayimGegading1933-194512 tahun2H. AhmadLurah1946-19559 tahun3MuchtarLurah1956-19593 tahun4ChoirudinLurah1960-19673 tahun5JahabaLurah1968-19724 tahun6Abdul RaniKepala Desa1973-198411 tahun7Hasan AsyariKepala Desa1985-19938 tahun8Edi ElpianPJ Kepala Desa1994-19951 tahun9Abdul Rani Kepala Desa1996-20004 tahun10Hasan AsyariPJ Kepala Desa20011 tahun11ZayadiKepala Desa2002-20086 tahun12Sahmi Abdullah, S.IPKepala Desa2008-20146 tahun13HolidiPJ Kepala Desa20151 tahun14Sahmi Abdullah, S.IPKepala Desa2016-20226 tahunSumber: arsip Desa Bedengung Desa Bedengung pernah mengalami pemekaran wilayah menjadi desa Irat, dan tahun 1997 terbagi lagi menjadi Desa Kelubi atau Suka Jaya.

Bedengung

Kabupaten Bangka Selatan
• Pecahan menurut jantina % lelaki dan % perempuan
• tahun 2015 ( lelaki 1.223 jiwa perempuan 1.213 jiwa)
• Naib Presiden Jusuf Kalla
• Musim panas (DST) GMT
Zon waktu GMT
Desa Bedengung
Wilayah/Provinsi Bendera Bangka Belitung Bendera Bangka Belitung
Country Indonesia
Poskod
33778
• Jenis Republik
Kecamatan (Daerah) Payung
• Presiden Joko Widodo

Berkaitan