Kepercayaan Kapitayan

Tuhan

Dewa dalam agama kapitayan disebut Sang Hyang Taya. Taya bermaksud "suwung" (kosong). Dewa agama Kapitayan bersifat abstrak, tidak dapat digambarkan. Sang Hyang Taya didefinisikan sebagai "tan keno kinaya ngapa", tidak dapat dilihat, difikirkan, atau dibayangkan, alias keberadaan-Nya tidak dapat ditolong. Untuk alasan ini, agar dapat disembah, Sanghyang Taya memiliki nama dan atribut peribadi yang disebut Tu atau To, yang bermaksud "kekuatan ajaib" yang bersifat ghaib. Tu atau To adalah tunggal dalam Essence. Satu orang. Tu biasanya disebut dengan nama Sanghyang Tunggal. Dia mempunyai dua sifat, iaitu Kebaikan dan Kejahatan. Tu yang baik dipanggil Tu-han dipanggil dengan nama Sanghyang Wenang. Tu yang jahat dipanggil dengan nama Sang Manikmaya. Oleh itu, Sanghyang Wenang dan Sanghyang Manikmaya pada dasarnya hanyalah sifat Sanghyang Tunggal. Oleh itu, Sanghyang Tunggal, Sanghyang Wenang dan Sanghyang Wenang adalah ghaib dan tidak dapat didekati dengan lima pancaindera dan akal. Hanya watak-Nya yang diketahui.[5]:17

Kekuatan Sang Hyang Taya kemudian dilambangkan di berbagai tempat, seperti di batu, monumen, pokok, dan di banyak tempat lain. Oleh itu, mereka membuat persembahan di tempat itu, bukan kerana mereka menyembah batu, pokok, monumen, atau apa pun, tetapi mereka melakukannya sebagai pengabdian mereka kepada Sang Hyang Taya yang kuasanya diwakili di semua tempat itu. Agama kapitayan tidak mengiktiraf tuhan seperti dalam agama Hindu dan Buddha.[6]