Deskripsi Padewakang

Sebuah padewakang di Makassar, tahun tidak diketahui.

Biasanya seberat antara 20 hingga 50 tan, mempunyai satu atau dua tiang dengan layar tanja.[3] Seperti perahu tradisional Nusantara lainnya, ia dikemudikan menggunakan 2 kemudi samping.[4] Antara akhir abad ke-16 sehingga awal abad ke-20 mereka secara rutin belayar ke pantai utara Australia untuk mencari teripang (gamat), dipersenjatai dengan meriam kuno, mungkin cetbang atau lantaka. Padewakang ialah kapal Sulawesi Selatan yang terbesar yang berfungsi sebagai kapal dagang dan kapal perang, digunakan selama ratusan tahun yang belayar di lautan antara Papua Barat, bahagian selatan Filipina, dan semenanjung Malaya. Malah terdapat penerbitan belanda tentang padewakang dengan layar terkembang di teluk parsi. Mereka digunakan sampai pembuatannya berhenti kerana digantikan oleh Palari semasa abad ke-20. Palari berkembang dari lambung dasar padewakang dengan layar fore-and-aft hingga mengembangkan model lambung sendiri dengan layar pinisi.[5] H. Warington Smyth menerangkan satu padewakang besar yang dibuat dari kayu giam dengan 2 tiang layar. Saiznya adalah seperti berikut: ketinggian 99 kaki (30.2 m), 15 kaki (4.6 m), 12 kaki (3.7 m) dalam, dengan lambung bebas air 6 kaki 3 inci (1.91 m) . Kapasitinya adalah 60 koyan (145 metrik tan), dengan tiang utama setinggi 60 kaki (18.3 m), dan diawaki oleh 16 orang.[6]