Sejarah Bukalapak

Bukalapak didirikan pada tanggal 10 Januari 2010 oleh Achmad Zaky, Nugroho Herucahyono dan Fajrin Rasyid di sebuah rumah kos[4] semasa berkuliah di Institut Teknologi Bandung.[5] Momentum awal bagi kemajuan Bukalapak sejak penubuhan kedai ini adalah ketika tren pengguna motorsikal lipat melonjak pada tahun 2010; terdapat banyak kelompok yang menjual berbagai sepeda dan aksesorisnya dengan harga terjangkau sehingga meramaikan dan meningkatkan pertumbuhan pengguna di Bukalapak secara signifikan.

Pendanaan

Setahun selepas penubuhannya, Bukalapak mendapat penambahan modal dari Batavia Incubator[6][7] (perusahaan gabungan dari Rebright Partners yang dipimpin oleh Takeshi Ebihara, Japanese Incubator dan Corfina Group). Pada tahun 2012, Bukalapak menerima tambahan investasi dari GREE Ventures yang dipimpin oleh Kuan Hsu. Pada bulan Maret 2014, Bukalapak mengumumkan investasi oleh Aucfan, IREP, 500 Startups, dan GREE Ventures yang merupakan bagian dari pendanaan Seri A.[8][9][10]. Pada Februari 2015, Bukalapak mengumumkan pendanaan Seri B dengan masuknya Grup Emtek yang memiliki stasiun televisi SCTV. Emtek masuk ke Bukalapak melalui anak perusahaannya yaitu PT. Kreatif Media Karya (KMK Online).[11][12] Sumber lain menyebut Emtek sebenarnya sudah bergabung sejak 2014.[13] Baik Bukalapak maupun Emtek tidak menyebutkan berapa dana investasi yang dikucurkan. Namun, dari laporan keuangan EMTEK tahun 2015, diketahui bahwa Bukalapak telah mendapatkan dana investasi dari Emtek hingga Rp439 bilion (atau miliar).[14]

Pada Januari 2019, Bukalapak mengumumkan telah mendapat pendanaan dari Asia Growth Fund yang diprakarsai Mirae Asset dan Naver Corp. Meski Mirae Asset tidak memberikan keterangan perihal jumlah dana yang diperoleh, namun syarikat tersebutmengesahkan nilainya mencapai US$ 50 juta atau sekitar Rp706 bilion.[15] Oktober 2019, Bukalapak mendapat dana dari Shinhan Financial Group Co Ltd dari Korea Selatan dengan nilai yang tidak disebutkan. Ini merupakan bahagian dari pendanaan Siri F yang menggenjot nilai Bukalapak hingga mencapai US$ 2.5 bilion atau sekitar Rp35 trilion.[16] Selain Shinhan GIB, Emtek dan sejumlah investor Bukalapak sebelumnya juga mengikuti pendanaan Siri F. Dalam laporan perusahaan Emtek yang tercatat di Bursa Efek Indonesia tanggal 27 Mei 2019, PT KMK Online memiliki 35.17% saham di Bukalapak.[17]

Pelaburan lanjut

Oktober 2018, Bukalapak membeli serta mengambil alih perusahaan ecommerce barang bekas pakai bernama Prelo. Tujuan akuisisi pada perusahaan rintisan yang bermarkas di Bandung tersebut bertujuan memperoleh sumber daya manusia untuk Bukalapak.[18]

Kerjasama

Pada 27 September 2018, Bukalapak resmi menjalin kerjasama dengan DANA, perkhidmatan wang elektronik (e-money) dikelola PT Espay Debit Indonesia Koe.[19] DANA disokong oleh dua pemodal besar yaitu Grup Emtek dan Ant Financial.[20] Sementara itu, pesaing terdekat Bukalapak yaitu Tokopedia memilih bekerjasama dengan OVO yang terafiliasi dengan Grup Lippo.[21] Sebelumnya, Bukalapak memiliki layanan pembayaran BukaDompet namun diberhentikan karena tak kunjung mendapat pelesenan e-money dari Bank Indonesia. Pada Januari 2017, Bukalapak mengumumkan kerjasamanya dengan fintech investasi reksadana, Bareksa, dengan meluncurkan fitur BukaReksa. Bareksa merupakan pemegang lesen APERD (Agen Penjual Reksa Dana) di bawah naungan PT Bareksa Portal Investasi.[22]

Rujukan

WikiPedia: Bukalapak http://e27.co/gree-ventures-reveals-more-on-invest... http://www.bukalapak.com/ http://marketeers.com/kampanye-nego-cincai-bukalap... http://www.techinasia.com/batavia-incubator/ http://www.yourstory.com/2013/09/takeshi-ebihara-r... http://prpm.dbp.gov.my/ http://prpm.dbp.gov.my/Cari1?keyword=contoh&d=3762... https://bisnis.tempo.co/read/1176087/uninstall-buk... https://bisnis.tempo.co/read/1260038/bukalapak-kla... https://en.tempo.co/read/1219095/bukalapak-sets-st...