Keperawanan abadi Maria (
bahasa Inggeris: perpetual virginity of Marycode: en is deprecated ), atau
Maria tetap perawan selamanya, menegaskan keperawanan
Maria yang nyata dan
kekal bahkan dalam peristiwa melahirkan
Yesus Sang Putra Allah yang menjadi manusia (inkarnasi). Menurut
doktrin ini, Maria selalu atau tetap perawan (
Bahasa Yunani: ἀειπάρθενοςcode: grc is deprecated ,
aeiparthenos) sepanjang hidupnya, menjadikan Yesus sebagai satu-satunya putra biologisnya, dimana pembuahan dan kelahiran-Nya dianggap sebagai hal yang ajaib.
[2][3]Pada abad ke-4 doktrin ini didukung secara luas oleh para
Bapa Gereja, dan pada abad ke-7 ditegaskan dalam sejumlah
konsili ekumenis.
[4][5][6] Doktrin ini merupakan bagian dari ajaran
Gereja Katolik dan Anglikan Katolik, serta
Gereja Ortodoks Timur dan
Gereja Ortodoks Oriental, sebagaimana terungkap dalam
liturgi mereka yang berulang kali menyebut Maria sebagai "yang selalu perawan".
[7][8][9] Gereja Asiria dari Timur, yang mana berasal dari
Gereja dari Timur, juga menerima keperawanan abadi Maria dengan memberinya gelar "Tetap Perawan" (Ever Virgin), setelah gelar "Surga Kedua" (Second Heaven).
[10][11][12]Beberapa reformis
Protestan awal seperti
Martin Luther mendukung doktrin keperawanan abadi Maria, dan tokoh pendiri
Anglikanisme seperti Hugh Latimer dan
Thomas Cranmer turut mengikuti tradisi yang mereka warisi dengan menerima Maria sebagai "yang selalu perawan";
[13] namun kebanyakan dari
Calvinisme meninggalkannya.
[14][15] Sampai saat ini banyak teolog Protestan, terutama dari Anglikan dan
Lutheran, tetap mempertahankan doktrin keperawanan abadi Maria.
[7][16][17][18] Selain itu
John Wesley, pendiri
Gereja Metodis, juga menegaskan keperawanan abadi Maria.
[19]