Asal-usul Kepoyangan

Menurut El Marzdedeq dalam tulisannya, Parasit Aqidah, kepercayaan asli Asia Timur dan Asia Tenggara, bahkan termasuk kepercayaan asli penduduk Polinesia dan Mikronesia, berasal daripada akar kepercayaan yang sama.[2] Hal ini didokong dengan bukti pergerakan manusia keluar dari Afrika dan penurunan manusia berkromosom Y haplotaip O[7] yang melahirkan penduduk asal Asia Timur dan Asia Tenggara, juga Kepulauan Lautan Teduh. Diperkirakan ajaran ini muncul sekitar 5000 SM[2] di Asia Tengah[2] dan dianut oleh nenek moyang suku Mongolid purba. Sekitar 3500 SM, penduduk asal China Selatan yang terdiri daripada nenek moyang orang Cina, Tibet, Jepun dan proto-Melayu telah mengamalkan kepercayaan yang sama. Proto-Melayu kemudiannya tersebar ke selatan memasuki Asia Tenggara melalui lembangan di dataran Asia Tenggara oleh nenek moyang orang Mon-Khmer dan melalui Taiwan serta kepulauan Filipina oleh nenek moyang orang Austronesia.

Kepercayaan Tuh

Kepercayaan kepada Tuh menjadi bukti pengikat yang menjadi tanda kebersamaan yang dimiliki bangsa-bangsa di Asia Timur, Asia Tenggara dan Pasifik. Intipati kepercayaan Tuh ialah mereka mempercayai sosok "Tuh" sebagai penguasa sarwa alam yang bersifat esa, tidak mempunyai permulaan dan pengakhiran, maha besar jika dibandingkan dengan alam terbesar dan maha kecil jika dibandingkan dengan alam terkecil, serta zat Tuh itu mengisi setiap juzuk alam. Setelah alam musnah binasa, maka zat Tuh itu kembali kepada semula. Bagi meneliti kebersamaan tersebut, di bawah merupakan ringkasan kepercayaan Tuh dalam setiap suku bangsa yang berpegang kepada akar kepercayaan yang sama ini.[2]

Ajaran asal Cina (Shenisme)
Rencana utama: Shenisme

Lao Zi mengungkapkan Tuh sebagai Tao:

"Dalam setiap benda ada Tao, tapi Tao sendiri bukan benda, dalam segala kejadian ada Tao, jika suatu kejadian berakhir, Tao tetap kekal abadi."

Tao disifatkan tetap dan diam, tidak tetap bergabung dan tidak pernah berpisah, tunggal, kekal dan hendaklah dipandang sebagai "ibu dunia". Menurut Kong Fu Zi:

"Tao itu boleh difikir dengan mengkaji alam dan kehidupan. Ia bersatu tetapi bercerai dengan alam."

Ajaran Mon dan Khmer

"Tu atau Tuh itu ada dan menyeluruh, ia jauh tetapi dekat, ia bersatu tetapi berpisah."

Ajaran Melayu Purba (Kepoyangan)

"Tu dinamakan Tuh, daripada Tuh terbitlah Tuhan. Tuh juga digelarkan Sang Hiang Tunggal yang hidup bersekutu dengan alam tetapi ia sendiri bukan alam."

Ajaran Jawa Kuno (Kapitayan)
Rencana utama: Kapitayan

Tu atau To merupakan kuasa ghaib yang bersifat adikudrati. Tu juga dipanggil Sanghyang Tunggal, mempunyai dua sifat yang masing-masing mempunyai nama sandangan; Sanghyang Wenang (sifat kebaikan) dan Sanghyang Manikmaya (sifat keburukan).

Ajaran Kaharingan
Rencana utama: Kaharingan

"Toh itu semangat alam, penguasa terbenam dan terbitnya matahari."

Ajaran Maori

"Jika selembar daun itu menjadi layu, petanda ora daun itu diambil oleh Toh, ora adalah zat Toh, tersebar dalam benda-benda, tetapi benda itu bukan Toh."

Ajaran asli Jepun (Shinto)
Rencana utama: Shinto

"To itulah pangkal kejadian, bila kejadian itu berakhir, To itu tetap kekal abadi dan jalan itu adalah jalan pada To."

Ajaran Beun di Tibet

"Toun hendak menciptakan alam, tetapi tak ada yang patut diberikan melainkan dirinya, maka Toun pun melebur dirinya dalam alam itu sambil berpesan; 'Aku adalah engkau dan engkau adalah aku!'."

Ajaran asli Korea

Tuh itu dipanggil "Teuh".