Pelaksanaan Tabut

Tahapan upacara Tabut adalah sebagai berikut:

  • Mengambik tanah (mengambil tanah)

Tanah yang diambil harus mengandung unsur-unsur magis oleh karena itu harus diambil dari tempat keramat. Di Bengkulu, hanya ada dua tempat yang dianggap keramat yaitu di Keramat Tapak Padri yang terletak di tepi laut tidak jauh dari Benteng Marlborough di sudut kanan Pelabuhan Laut Bengkulu dan Keramat Anggut yang terletak di pemakaman umum Pasar Tebek dekat Tugu Hamilton, tidak jauh dari Pantai Nala. Upacara ini berlangsung pada malam tanggal 1 Muharam, sekitar pukul 22.00 WIB.

Tanah yang diambil disimpan di Gerga (pusat kegiatan/markas kelompok Tabut bersangkutan), dibentuk seperti boneka manusia dan dibungkus dengan kain kafan putih, lalu diletakkan di Gerga. Gerga tertua di Bengkulu hanya ada dua, yaitu Gerga Berkas dan Gerga Bangsal. Keduanya telah direnovasi dan kini berwujud bangunan permanen.

Di kedua tempat tersebut, mereka memberikan sesajen berupa: bubur merah dan bubur putih, gula merah, sirih 7 subang, rokok nipah 7 batang, kopi pahit 1 cangkir, air serbat 1 cangkir, dadih (susu sapi murni yang mentah) 1 cangkir, air cendana 1 cangkir, air dan selasih 1 cangkir.

  • Duduk Penja (mencuci jari-jari)

Penja adalah benda yang terbuat dari kuningan, perak atau tembaga yang berbentuk telapak tangan manusia lengkap dengan jari-jarinya. Karenanya penja ini disebut juga dengan jari-jari. Menurut keluarga Sipai, Penja adalah benda keramat yang mengandung unsur magis. Ia harus dicuci dengan air limau setiap tahunnya. Upacara mencuci penja ini disebut duduk Penja, yang dilaksanakan pada tanggal 5 Muharram sekitar pukul 16.00 WIB.

Pada acara Penja ini, peralatan yang dibutuhkan adalah: air kembang, air limau nipis, sesajen, dan penja yang akan dicuci. Sesajen yang dipersiapkan terdiri: nasi kebuli 1 porsi, emping beras 1 piring, pisang emas 1 sisir, tebung 1 potong, kopi pahit 1 gelas, air serobat 1 gelas, dan dadih 1 gelas.

  • Menjara (mengandun)

Menjara adalah berkunjung atau mendatangi kelompok lain untuk beruji/bertanding dol, sejenis beduk yang terbuat dari kayu yang dilubangi tengahnya serta ditutupi dengan kulit lembu.

Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 6 dan 7 Muharram mulai pukul 20.00 atau 23.00 WIB. Pada tanggal 6 Muharram, kelompok Tobat Bangsal mendatangi kelompok Tobat Barkas sedangkan pada tanggal 7 Muharram kelompok Tobat Barkas mendatangi kelompok Tobat Bangsal. Kegiatan ini berlansung dihalaman terbuka yang disediakan oleh masing-masing kelompok.

  • Meradai (mengumpulkan dana)

Meradai adalah pengambilan dana oleh Jola (bahasa Melayu artinya orang yang bertugas mengambil dana untuk kegiatan kemasyarakatan) yang terdiri dari anak-anak berusia 10-12 tahun.Acara ini dilakukan pada siang hari tanggal 6 Muharram antara pukul 07.00-17.00 WIB. Lokasi pengambilan dana biasanya sudah disepakati bersama oleh masing-masing kelompok Tabut.Peralatan yang dibutuhkan diantaranya adalah: bendera panji, tombak bermata ganda, tas atau kambut, karung gandum, dan tessa.

  • Arak Penja (mengarak jari-jari)

Arak Penja atau arak jari-jari merupakan acara mengarak jari-jari yang diletakkan di dalam Tabut dengan di jalan-jalan utama di kota Bengkulu. Kegiatan ini dilaksanakan pada malam ke-8 dari bulan Muharram, yaitu sekitar pukul 19.00 WIB dan berakhir sekitar pukul 21.00 WIB.

Bahan-bahan yang digunakan sebagai bahan sesajen adalah: nasi kebuli 1 porsi, kopi pahit 1 gelas, air serobat 1 gelas, telur dadar 1 buah, lauk pauk 7 piring (7 macam jenis lauk).

  • Arak Seroban (mengarak Sorban)

Arak Serban merupakan acara mengarak Penja ditambah dengan Serban (Sorban) putih dan diletakkan pada Tabut Coki (Tabut Kecil). Tabut Coki ini dilengkapi dengan bendera/panji-panji berwarna putih dan hijau atau biru yang bertuliskan nama “Hasan dan Husain” dengan kaligrafi Arab yang indah. Kegiatan ini diadakan pada malam ke-9 Muharram sekitar pukul 19.00-21.00 WIB.

Sebagai mana namanya, maka peralatan yang dibutuhkan dalam acara ini adalah Tabut dan seroban. Selain itu, juga dibutuhkan kain khusus dan Tabut Coki (kursi kerajaan/tahta)

  • Gam (tenang / berkabung)

Satu di antara tahapan upacara Tabut yang harus ditaati adalah “gam”. Gam adalah waktu yang tidak boleh ada kegiatan apapun. Gam berasal dari kata “ghum” yang berarti tertutup atau terhalang. Tanggal 9 Muharram merupakan masa gam ini, yakni sejak pukul 07.00 hingga pukul 16.00 WIB, di mana pada waktu tersebut semua kegiatan yang berkaitan dengan upacara Tabut termasuk membunyikan dol dan tassa tidak boleh dilakukan. Jadi masa gam dapat juga disebut masa tenang.

  • Arak Gedang (taptu akbar)

Pada 9 Muharram malam, sekitar pukul 19.00 WIB dilaksanakan ritual pelepasan Tabut Besanding di gerga (markas) masing-masing. Selanjutnya dilanjutkan dengan arak gedang yakni grup Tabut berarak dari markas masing-masing menempuh rute yang ditentukan. Kemudian mereka akan bertemu sehingga membentuk arak gedang (pawai akbar). Arak-arakan ini menjadi ramai karena menyatunya grup-grup Tabut, grup-grup hiburan, para pendukung masing-masing serta masyarakat. Acara ini berakhir sekitar pukul 20.00 WIB. Akhir dari acara arak gedang ini adalah seluruh Tabut dan grup penghibur berkumpul di lapangan Merdeka Bengkulu (Sekarang: Lapangan Tugu Propinsi). Tabut dibariskan bershaf istilah lokal disandingkan, karenanya acara ini dinamakan Tabut Besanding.

Peralatan yang dibutuhkan dalam kegiatan ini adalah gerobak. Gerobak ini digunakan untuk mengangkut Tabut ke tempat Tabut dikumpulkan.

  • Tabut Tebuang (Tabut terbuang)

Acara terakhir dari rangkaian upacara Tabut adalah acara Tabut tebuang yang diadakan pada tanggal 10 Muharram. Pada pukul 09.00 WIB seluruh Tabut telah berkumpul di lapangan Merdeka dan telah disandingkan sebagaimana malam Tabut besanding. Grup hiburan telah berkumpul pula di sini dan menghibur para pengunjung yang hadir di waktu itu. Pada sekitar pukul 11.00 arak-arakan Tabut bergerak menuju ke Padang Jati dan berakhir di kompleks pemakaman umum Karabela. Tempat ini menjadi lokasi acara ritual Tabut tebuang karena di sini dimakamkan Imam Senggolo (Syekh Burhanuddin) pelopor upacara Tabut di Bengkulu.

Pada sekitar pukul 12.30 WIB acara Tabut Tebuang di makam Senggolo tersebut. Karena dipandang bernilai magis, acara ini hanya bisa dipimpin oleh Dukun Tabut yang tertua. Selesai acara ritual di atas, barulah bangunan Tabut dibuang ke rawa-rawa yang berdampingan dengan komplek makam tersebut. Dengan terbuangnya Tabut pada sekitar pukul 13.30 WIB, maka selesailah seluruh rangkaian upacara Tabut dimaksud.