Demokrasi Sejarah_Albania

Pada 1992, setelah kejayaan pemilihan yang luas bagi Parti Demokratik, Sali Berisha menjadi tokoh demokrasi yang pertama yang dipilih sebagai Presiden Albania. Berisha memulai program perbaikan ekonomi dan demokrasi yang lebih berhati-hati namun saat berjalan ada desas-desus yang gagal di pertengahan 1990an, kerana political gridlock. Di saat yang sama, perusahaan pelaburan yang kurang bermoral menggelapkan wang di seluruh Albania dengan menggunakan skim piramid. Di awal 1997, beberapa skim piramid itu runtuh, meninggalkan ribuan orang yang bankrap, kecewa, dan marah. Pergolakan bersenjata meletus di seluruh negara, hampir menimbulkan kejatuhan kuasa pemerintah. Ketika itu, Albania memiliki infrastruktur yang tak cukup dan kuno yang menderita kerusakan hebat, seperti orang merampok karya umum untuk bahan bangunan. Depot senjata di seluruh negeri dibongkar dan isinya dirampas sehingga pada tahun tahun itu banyak teredar senjata api tentera di kalangan warga awam Albania. Anarki di awal 1997 menggelisahkan dunia dan mendorong pengantaraan antarabangsa secara intensif.

Perintah dipulihkan oleh Angkatan Perlindungan Multinasional PBB, dan pemerintah rekonsiliasi nasional sementara menjaga pilihan raya Jun 1997, yang mengembalikan Sosialis dan sekutunya pada kekuasaan di tingkat nasional. Presiden Berisha berhenti, dan penggantinya ialah dari kalangan Sosialis Rexhep Meidani. Antara 1997 dan 2002, rangkaian pemerintahan singkat menggantikan satu sama lain. Fatos Nano, Ketua Parti Sosialis, telah menjadi PM sejak Jun 2002.

Selama masa transisi 1997-2002, struktur demokrasi Albania yang mudah pecah diperkuat. ParPol tambahan terbentuk, toko media massa berkembang, organisasi dan pertubuhan bukan kerajaan pun begitu. Pada 1998, orang-orang Albania meratifikasi perlembagaan baru selepas referendum umum, menjamin kekuasaan undang-udang dan perlindungan hak dan kebebasan beragama.

Pada 24 Julai 2002, Alfred Moisiu mengangkat sumpah sebagai Presiden. Tokoh nonpartisan, secara nominal bersekutu dengan Parti Demokrat, ia diangkat sebagai calon yang dipersetujui parti yang berkuasa dan pembangkang. Pergantian kekuasaan yang tenang dari Meidani ke Moisiu merupakan akibat persetujuan di antara parti untuk mengajak satu sama lain dalam pendirian struktur parlimen. "Gencatan senjata" ini membawa ke masa baru kestabilan politik di Albania, yang dianggap dapat membuat kemajuan berarti yang mungkin dalam reformasi demokrasi dan ekonomi, kekuasaan inisiatif hukum, dan perkembangan hubungan Albania dengan negara tetangganya serta AS.

Pemilihan kota seluruh negara diadakan pada Oktober 2003. Walau perbaikan bererti melebihi tahun-tahun yang lalu, tetap tersebar kesalahan administrasi, termasuk ketidakaktepatan daftar pengundi. “Gencatan senjata” antara pemimpin parti mulai heboh di musim panas 2003. Kemajuan pada perbaikan ekonomi dan politik menderita tampak selama akhir-akhir tahun 2003 kerana pertarungan politik. Bagaimanapun, pada Disember 2003, PM Nano menekankan lagi kepemimpinannya dari Parti Sosialis yang sedang berkuasa dan melantik kabinet baru.